Ada tiga jenis serangga yang bukan hanya disebut, tapi menjadi nama surat dalam Alquran, yaitu semut (an-naml), laba-laba (al-ankabut), dan lebah (an-nahl). Ada apa dengan tiga jenis serangga ini?
1. Semut. Ia menghimpun makanannya sedikit demi sedikit. Ia terus mengangkut makanan tanpa memperhatikan kemampuan fisik untuk menyangganya. Kita sering melihat semut berjalan terseok-seok karena ia menggendong makanan yang jauh lebih besar dan banyak ketimbang tubuhnya. Ia terus menumpuk makanan untuk stok selama sekian tahun, padahal umurnya tidak lebih dari setahun.
Hasil gambar untuk filosofi semut laba2 dan lebah dan tabiat manusia
2. Laba-laba. Ia binatang dengan sarang paling rapuh. Tapi jangan remehkan sarang laba-laba. Sarangnya yang terlihat rapuh itu adalah jebakan. Binatang lain yang tersangkut jaring laba-laba, ia akan terjebak di sana dan harus berjuang keras lepas dari jaring-jaringnya. Jika gagal, ia akan dimangsa laba-laba. Jaring laba-laba bukan tempat yang aman untuk berlindung. Bahkan laba-laba jantan bisa dihabisi betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling bertumbukan dan dapat saling memusnahkan.
Hasil gambar untuk filosofi semut laba2 dan lebah dan tabiat manusia
3. Lebah. Binatang ini sangat disiplin dalam pembagian kerja. Ada lebah pekerja, ada lebah ratu, dan ada lebah pejantan. Makanannya terpilih dari yang baik-baik yaitu bunga. Dari sari makanan yang baik dihasilkan produk yang baik yaitu madu. Lebah tidak akan menggangu kecuali ada yang menyerangnya. Bahkan, sengatan lebah bisa menjadi obat dan sarana sejumlah terapi kesehatan. 
Hasil gambar untuk filosofi semut laba2 dan lebah dan tabiat manusia

Pelajaran apa yang bisa diambil dari tamsil Quran ini? Pertama, semut mewakili budaya menumpuk dan menghimpun tanpa kemampuan untuk mengolahnya. Apa yang ia tumpuk melebihi kemampuan untuk memikulnya. Dalam beberapa hal, budaya semut mencerminkan konsumtivisme dan kerakusan. Kita lihat semut kadang bergulat dengan sesama jenisnya ketika merubung gula. Kedua, laba-laba. Ia mewakili insting untuk memangsa. Dalam rangka melindungi diri dan kepentingannya, laba-laba tidak sayang untuk menjebak dan memangsa makhluk lain, bahkan pasanganya sendiri. Dalam beberapa hal, laba-laba mewakili sifat egoisme dan individualisme. Ketiga, lebah. Ia serangga yang paling istimewa. Ia tidak pernah mengganggu dan merugikan makhluk lain. Bahkan ia selalu memberi kebaikan, dalam madu dan bahkan pada sengatannya.

Nabi Muhammad SAW mengibaratkan seorang mu’min seperti lebah: “Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan berguna untuk orang lain, dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya.”